Buscar

Kamis, 13 Desember 2012

Rise of The Titans - Bertemu Hari

Berfikir selamat adalah pikiran yang tepat saat ini. Dalam kondisi berbahaya, siapapun pasti akan menghindari masalah tersebut. Tetapi Santi baru dapat membuka matanya, dirinya berusaha memahami apa yang terjadi. Dia teringat akan teriakan dari dalam gerbang, lalu dia pingsan dalam ketakutan dan saat ini dia bangun.

Sekitarnya tidak ada bukti seorang dewata jatuh. Segalanya seperti saat dirinya menemukan pintu aneh dan tak sengaja membukanya. Ada hal berbeda didepan dirinya, yaitu seorang pria dengan badan penuh luka membantunya bangun dari pingsannya.

Pria itu tampak ramah, tetapi Santi menunjukkan keterkejutan. Dirinya tidak mengenal siapa pria didepannya.
"Siapa kamu ..." teriak Santi yang membuat pria setengah bugil itu terkejut.
 Walaupun Pria tersebut menunjukkan keramahannya pada Santi. Tetapi tidak demikian respon balik Santi kepadanya.  Santi bergerak mundur dari dia sekarang dan tak sengaja menabrak tembok goa yang berlumut. Dengan cahaya yang remang-remang, goa tersebut berwarna hijau karena lumut yang sudah menjadi tembok goa tersebut.

Santi seolah terkunci mulutnya melihat seseorang berusaha mendekatinya dan menolongnya bangun. Tetapi karena dirinya tidak mengenal orang tersebut, dia berusaha lari tetapi dia menabrak goa. Walau tidak keras, tetapi terasa sakit dan dirinya menjadi pusing.

Suara Pria tersebut juga tidak keluar, hanya erangan dan batuk-batuk. Tapi dirinya berusaha ramah, walau demikian dia tetap ketakutan. Mungkin efek mimpi barusan, tetapi pria itu mengulurkan tangannya dan memanggil namanya.
"Sinta... Apakah kau Sinta" suaranya tak terdengar jelas, namun dia mampu berbicara dengan normal.
Terkejut pria itu mengenal dirinya, dia menjadi tenang. "Siapa kamu?" tanyanya dengan kecurigaan.

"Aku ... Teman..." kata pria itu menepuk dadanya. "Sinta.. Teman Hari" lanjutnya.
Sinta tidak mengenal siapa pria didepannya, tetapi dia tahu bahwa dia tidak dalam bahaya. Uluran tangan Hari diterimanya dan dia berdiri.

Keduanya saling memandang seperti seorang teman yang tak pernah bertemu beberapa tahun. Hari tampak seperti berumur 30 tahun atau lebih, cahaya temarang goa tidak memperlihatkan seperti apa rupa Hari. hanya dugaan saja Sinta menebak umurnya mungkin lebih muda dari tampangnya.

Hari ingin memeluk Sinta, tetapi Sinta menghindar. Dia tidak mengenal pria dihadapannya tetapi dia tidak merasa ada kejahatan dari pria tersebut.
"Hentikan.. aku tidak mengenalmu" teriak Sinta.
"Sinta adalah teman aku. Teman menolong aku bersama Laura" Hari menunjuk ke arah Sinta lalu meletakkannya di dadanya.

"Laura?" Sinta tidak mengenal Laura. Tetapi mendadak banyangan gadis anggun hadir di ingatannya. Gadis anggun berpakaian biru laut itu mungkin adalah Laura. Dia kemudian melihat Laura di ambil oleh tangan misterius.

Tetapi ingatan itu mendadak teringat dan kepala Sinta menjadi pusing. Hari hendak menolong, tetapi terhenti saat mendengar dentuman suara di langit! suara seperti ledakan dan gempa seperti berasal dari tempat yang tak jauh. Tanah mereka pijak terasa bergetar dan Sinta jatuh terduduk.

"Dewa?! Laura" kata Hari.
"Ada apa dengan Dewa dan Laura" tanya Sinta secara tak sadar.

Hari memandangi Sinta. Dia terdiam dan kemudian melihat lagi ke luar, ke tempat cahaya remang-remang itu berasal. Kemudian Hari memandangi Laura
"Aku akan pergi, jangan takut aku akan melindungimu" kata Hari.

Sesudah mengatakan itu Hari meloncat ke langit-langit dan menerobos dinding goa di langit.Kata-kata melindungimu membuat Sinta terdiam, dia seolah terkena setruman dimana tubuhnya merinding. Lalu dia memejamkan mata dan memeluk dirinya. Begitu hangat, hingga dia melihat saat membuka mata darah dimana-mana termasuk orang meninggal.

Itu pasti mimpi ujar Sinta. Tetapi begitu nyata, dan asing bagi Sinta. Hingga dia melihat seorang gadis menangis. Hatinya mengatakan gadis itu adalah dia, dia dimasa lalu. Tetapi ketika dia membuka, di atasnya terlihat lubang dimana Hari menerobos dari goa menuju keluar.

Di Langit, Hari melihat sumber dimana api itu berasal. Api-api itu berasal dari 2 pemuda yang ternyata adalah dewata. Mereka tertawa-tawa mencoba memakai api yang mereka dapatkan dari sejata mereka lalu melempar ke bawah.  Tapi Hari langsung menghancurkan api tersebut sebelum mencapai tanah.

"Selama siang Kisanak!" kata Hari. Merasa ada seseorang menyapa mereka berdua, mereka mematikan api di senjata mereka laulu menghormat balik ke arah Hari. "Tolong jangan melempar api, ada banyak orang dibawah dan beberapa terluka karena api anda"
"Mengapa anda menyapa kami, tolong perkenalkan nama anda" tanya yang lebih tua.
"Hari adalah nama saya.." saat memperkenalkan diri. Kedua dewa mendadak kaget dan terkejut. "Saya meminta jangan melempar..."

Belum selesai Hari berbicara, dia diserang oleh Dewa yang lebih muda. Api tersebut membakar badan Hari, tetapi tidak hanya diserang oleh Dewa tersebut, temannya juga menyerang dengan api kepada Hari. Melihat dirinya diserang, dia menghindar dari serangan dan mematikan api di tubuhnya.

Tubuhnya berubah menjadi hitam karena terbakar, lalu dia terbang menjauh. Pandangannya langsung menuju ke arah kerajaan. Saat itu kerajaan terbakar dan beberapa terlihat hampir jatuh. Hari memutuskan menuju sungai yang ada di dekat kerajaan tersebut.

Di keluarkan ajian angin berputar. Dimanfaatkan ajian itu untuk mengangkat air dari sungai tersebut lalu di semprotkan ke arah kerajaan yang sedang terkena api. Dia berhasil mematikan sebagian, sampai tiba-tiba tubuhnya kejang-kejang.

Ditawan selama bertahun-tahun membuat tubuhnya menjadi kaku. Bahkan mengeluarkan ilmu Angin Berputar membuat dia kesulitan hingga dia terduduk dan tak menyadari dirinya dalam bahaya. Dewa yang muda menyerangnya dengan api. dan mengenai tangan kanan Hari.

"Aki, tampaknya tugas kita harus berhenti dahulu" kata dewa muda menyimpan senjata apinya. Dia terbang  mendekat Hari. Senjata api yang dipegangnya adalah tombak kecil yang dapat memperbesar sesuai kehendaknya.
"Dia adalah monster berbahaya, kita harus selesaikan Maru" jawab Aki sambil menyetel senjata apinya. Sementara itu Aki mengatur busurnya agar dapat menembak lebih cepat. Panah dari busur ini dapat muncul langsung. Kemudian dia mengarahkan ke Hari.

Mereka berdua tak menyadari Hari menjadi berbeda dari sebelumnya. Matanya berubah jadi putih, dari tangannya keluar cakar dan tubuhnya mendadak membesar. Raungan keras terdengar dari Hari, dia menjadi marah dan perlahan membesar.

Beberapa kilo dari tempat Hari, Santi sedang berusaha keluar dari goa tersebut. Kuda yang dia naiki mendadak berjalan kembali dengan seorang pria menuntunnya. Pria itu mengatakan dirinya menemukan kuda tersebut dan di antar ke tempat Santi berada.
"apakah kamu baik-baik saja" tanya Pria tersebut.
"Iya pak.. Siapa bapak?" tanya Santi.
"Saya hanya pertapa tua, menemukan kudamu barusan" kata pria tersebut melempar tali.

Lubang dimana Hari menembus goa cukup besar dan sisa-sisanya membentuk semacam tangga di bawah goa tersebut. Namun sayang terlalu curam, untung ada seseorang membantu Santi keluar. Disana Santi perlahan dapat berjalan keluar walau sesekali terpleset. Saat keluar dia melihat pertapa itu mengusap kuda tersebut.
"terima kasih kek. Saya ..."
"tidak perlu berterima kasih, saya hanya lewat" kata pertapa itu. "Berterima kasihlah pada kudamu" usapnya
"iya kek, dia adalah kuda yang setia"

Mendadak terdengar dentuman. Santi melihat ke arah suara dentuman itu berasal, itu berasal dari kerajaannya. Lalu dia menengok kembali ke pertapa tersebut, tetapi tidak ada satupun disana. Siapa pertapa itu sebenarnya. Tetapi instingnya mengatakan dia harus kembali ke kota.

Perlahan dia menaiki kuda lalu berjalan menuju ke arah kerajaan. Tidak menyadari apa yang akan dia temui di kota tersebut.

0 komentar:

¿Te animas a decir algo?

 
Sky Come Angel 081 - Landavia | Copyright © 2011 Diseñado por: compartidisimo | Con la tecnología de: Blogger new post